Berdiam diri di masjid selama bulan Ramadhan disebut itikaf. Nah untuk mengetahu definisi, tata cara, hukum dan keutamaan itikaf, baca artikel ini sampai selesai.
Apa Yang Dimaksud dengan Itikaf
I'tikaf adalah amalan berdiam diri di masjid dan melakukan kegiatan amalan lainnya di masjid seperti tadarus Al-Qur'an hingga salat malam qiyamulail. Sebenarnya itikaf bisa dilakukan kapan saja, namun terutama di bulan Ramadhan itikaf lebih dianjurkan.
Itikaf di bulan Ramadhan dianjurkan terutama di sepuluh malam terakhir. Hadits Nabi SAW menyebutkan bahwa Itikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan adalah seperti Itikaf dengan beliau (Rasulullah SAW).
مَنِ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَعْتَكِفَ الْعَشْرَ
الْأَوَاخِرَ
"Barangsiapa yang ingin beritikaf denganku, maka lakukanlah itikaf di sepuluh malam terakhir." (HR.Ibnu Hibban).
Dikutip dari website Nahdlatul Ulama, islam.nu.or.id, dalam pelaksanaan itikaf ada beberapa syarat dan rukun yang harus dipatuhi. Selain itu Sobat juga harus mengetahui hukum tata cara itikaf di masjid, berikut penjelasannya dari alamisharia.co.id
Hukum Itikaf
Hukum itikaf pada mulanya adalah sunnah, namun bisa menjadi wajib jika seseorang mengucapkan nadzar. Hukum itikaf juga bisa menjadi haram jika dilakukan oleh seorang istri tanpa izin suaminya.
Hukum itikaf menjadi makruh jika dilakukan dengan berperilaku atau berdandan sehingga mengundang perhatian orang lain sehingga dapat mengundang fitnah meskipun telah disertai dengan izin.
Rukun Itikaf
Ada 4 rukun itikaf yang harus dilakukan saat melaksanakannya, yakni :
- Niat i'tikaf di masjid. Adapun lafadz niatnya adalah “NAWAITU
AN I’TIKAFA FI HADZAL MASJIDI SUNNATAL LILLAAHI TA’ALA”. Artinya: “Saya niat berdiam diri di dalam
masjid, sunah karena Allah ta’ala”.
- Tinggal di masjid (setidaknya selama menyamai tuma'ninah shalat)
- Di masjid, tetapi di mazhab Hanafi, wanita diperbolehkan beritikaf di rumah, lalu bagaimana cara i 'tikaf di rumah ?
- Orang yang melakukan itikaf
Syarat Itikaf
Persyaratan bagi orang yang melaksanakan Itikaf:
- Islam
- Sehat
- Bebas dari hadas besar
Jadi, orang yang melaksanakan Itikaf tetapi tidak memenuhi syarat-syarat tersebut di atas, maka dianggap tidak sah. Itikaf di bulan Ramadhan membantu kita mengevaluasi diri. Dengan Itikaf kita akan fokus pada diri sendiri dan menjauhi kesombongan.
Doa i’tikaf
Selain membaca Al Quran dan dzikir, perbanyak juga doa sap jagat.
“RABBANAA AATINA FIDDUNYAA HASANAH, WA FIL AAKHIRATI HASANAH WA QINAA ‘ADZAABANNAAR”.
“Wahai Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa api neraka.”
Keutamaan Itikaf
Mengapa Itikaf sangat dianjurkan? Karena ada beberapa keuntungan saat menjalankannya. Mulai dari melipatgandakan pahala hingga mendapatkan malam seribu bulan atau lailatul qadar. Berikut ini adalah keutamaan melakukan itikaf di 10 hari terakhir Ramadhan.
Mencapai Lailatulqadar
Salah satu keutamaan melaksanakan amalan itikaf adalah mendapatkan lailatul qadar yang diyakini hadir pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Barang siapa yang melakukan ibadah pada saat lailatul qadar, maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan jumlah ibadah selama seribu bulan.
Ada hadits yang disebutkan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani dalam bukunya Bulughul Marom, yaitu hadits no. 699 tentang Itikaf.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia mengatakan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berpuasa di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai beliau wafat oleh Allah. Kemudian istri-istrinya melakukan Itikaf setelah dia meninggal. (HR Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)
Mendapatkan pahala setiap saat
Tinggal di masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah juga dapat dilakukan dengan mendirikan shalat, tilawah, dzikir, shalat, munajat, tadabbur, kontemplasi atau menuntut ilmu. Bahkan dalam keadaan tidur pun, orang yang melakukan itikaf mendapatkan pahala yang besar yang tidak bisa didapatkan oleh orang yang tidur di rumah. Karena tidur adalah rangkaian itikaf.
Menjalankan sunnah Nabi
Itikaf di 10 hari terakhir Ramadhan adalah sunnah Nabi Muhammad SAW. Bahkan di bulan Ramadhan terakhir sebelum wafatnya, Rasulullah SAW biasa berpuasa selama 20 hari. Begitu pula dengan istri dan para sahabat Nabi. Mereka berada di itikaf selama 10 hari terakhir Ramadhan. Setelah Nabi wafat, istri-istrinya juga melakukan Itikaf di 10 hari terakhir Ramadhan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdiam diri di masjid untuk memperbanyak ibadah disebut itikaf.